Dilain pihak, Duryudana dan para sumitranya yang mendengar timbulnya Para Pandawa, kembali sepakat untuk berbuat sesuatu terhadap Pandawa. Karna secara terang-terangan mengusulkan untuk menyerang para Pandawa selagi mereka masih dalam posisi lemah. Tetapi Bisma mengingatkan agar mereka tidak saling bermusuhan terhadap para Pandawa. Seyogyanyalah mereka melakukan usaha kerukunan, karena para Pandawa punya hak separo dari Negara Astina.
Bisma melihat gelagat yang kurang baik, memberikan wejangan terhadap Kurawa dan Karna. “Manusia yang mempunyai keteguhan, adalah manusia yang berdasar kepada nama baik. Kurawa akan menerima ganjaran, bila Pandawa tidak mati oleh perbuatan itu. Heh manusia-manusia yang perwira. Berbahagialah kalian, karena Kunti dan anak-anaknya masih hidup. Manusia sejagad belum tahu bagaimana perihal cerita tentang Kunti. Orang orang belum tahu bahwa dosa Purocana bukanlah dosa kalian. Oh raja muda, anak-anak Pandu masih hidup tidak terluka oleh kebakaran dan sekarang sudah timbul kembali. Enyahkan perasaan buruk dari rasa buruk dalam hatimu yang terdalam”.
“Mengertilah para Kurawa, selama mereka yang aku sebut sebagai senapati masih segar bugar, walau dewa Guntur sekalipun tidak akan bisa merebut hak para Pandawa, separo wilayah Astina. Pandawa adalah saudara yang rukun dan berbudi baik, mereka bisa menjadi berbahaya bagimu bila tidak diberi separo dari wilayah Negara yang menjadi haknya. Bila kalian ingin berbuat adil, atau kalian mampu melakukannya agar kalian selamat, berikanlah separo dari wilayah Astina kepada Pandawa”.
Demikian juga Drona dan Widura yang kemudian menyambung nasihat Bisma, yang pada intinya, nasihat kepada para Kurawa dan Karna adalah sama. Tetapi Karna tetap kukuh dalam sikapnya. Tidak lagi menghitung sikap Karna, khirnya Drestarastra memerintahkan kepada Widura agar menjemput Kunti dan anak-anaknya.
Betapa gembira rakyat Astina ketika Pandawa datang. Prabu Drestarastra kemudian memberikan wilayah Kandawaprasta kepada mereka. Banyak orang mengerti bahwa Kandawaprasta adalah wilayah yang sangat angker dan berbahaya. Namun demikian dalam waktu yang tidak lama, Para Pandawa sudah mampu membangun wilayah itu menjadi kota dilereng bukit itu atas petunjuk Wiyasa. Kota itu sedemikian indah bagaikan istana dari Sang Hyang Indra. Maka kemudian wilayah kediaman para Pandawa disebut Indraprasta.
Batara Narada yang datang menemui para Pandawa mengingatkan, agar kerukunan yang telah dibangun tidak menjadi rusak kembali oleh sebab satu wanita diperistri orang lima. Ia meminta agar bila Drupadi sedang ada dalam kediaman salah satu saudara Pandawa, maka yang lain tidak boleh menggangu. Bila aturan ini dilanggar, maka pengganggu itu harus disingkirkan ke hutan selama duabelas tahun.
***
Diceritakan pada suatu hari ada pencuri yang mengambil harta seorang brahmana. Diberitahukan kejadian itu kepada Para Pandawa dan meminta keadilan. Arjuna menyanggupi untuk mengadili. Tetapi peranti pengadilan ada pada gedung yang sedang dihuni oleh Drupadi.
Arjuna bimbang, bagaimana cara Arjuna dalam menolong Brahmana tadi, tetapi nanti timbul prasangka bahwa ia tidak mau menghukum pencuri yang berdosa. Tetapi bila ia masuk kedalam gedung yang dihuni oleh Drupadi, maka ia akan terbuang kedalam hutan selama duabelas tahun. Tetapi kemudian ia berkeputusan, lebih baik aku terbuang ke dalam hutan dan mati disana. Perbuatan kebaikan lebih luhur dibandingkan dengan apapun yang ada pada dirinya. Walaupun badan rusak sekalipun, kebaikan tidak akan hilang.
Akhirnya Arjuna datang ketempat Drupadi yang sedang dalam penguasaan kakaknya dan mengatakan, bahwa ia akan mengambil peralatan untuk mengejar dan menghukum pencuri yang mengambil harta brahmana.
Ketika pencuri tertangkap kemudian dan diadili, Arjuna kembali menemui Yudistira mengembalikan peralatan yang diambilnya kemarin dan minta pamit kepadanya untuk masuk kedalam hutan seperti perjanjian yang sudah disepakati dihadapan Batara Narada.
Yudistira demikian sedih. kemudian ia ia berkata: “Adikku, senapati pilihan. Aku mengetahui sebab dirimu masuk ke dalam hunianku. Sudah aku ketahui bahwa tujuanmu adalah untuk menghukum orang yang berdosa. Perbuatan itu bukanlah sesuatu perbuatan yang buruk. Maka urungkan niatanmu untuk pergi membuang diri kedalam hutan. Turuti apa kataku, adikku. Kebaikanmu tidak seharusnya pasti akan terkotori, dan tidak sekalipun kamu berbuat kesalahan terhadapku”.
Tetapi Arjuna kemudian menjawab. “Aku mendengar sendiri yang kanda ucapkan, bahwa orang harus hati-hati dalam menjalankan kewajibannya. Aku tidak bisa melenceng dari kesetiaan. Kesetiaan terhadap janji adalah kesaktian yang aku miliki. Menjunjung kesetiaan adalah ciri dari bangsa Arya yang gampang dikenali dan kelihatan jelas dalam kitab kita. Berbakti kepada hal yang benar dan menyingkiri dari perbuatan bohong, itu adalah perbuatan yang terlihat disegala tempat, yang ada selumrahnya lelaki dan wanita dalam semua golongan dan derajat. Seseorang bangsa Arya tentu tidak mau berucap mengingkari janji, sebab, ingkar janji dianggap akan membuat malu leluhurnya”.
Arjuna yang tidak mau terlumur dosa kemudian berangkat ke pembuangan. Pada suatu ketika selagi ia melakukan puja semedi didalam air, ia diringkus oleh Ulupi. Dia adalah merupakan bidadari yang menguasai air, anak dari Raja Naga.
Diseretnya Arjuna kedasar sungai dan sampailah di istana, sehingga ia terbangun dari semedinya. Disitulah Arjuna mengetahui dimana keberadaan dirinya ketika melihat ada nyala api didalam istana. Walaupun demikian ia terus melanjutkan puja semadinya dengan rasa tenteram. Begitu selesai semadi, Arjuna menanyakan siapakah sebenarnya wanita itu. Arjuna juga menanyakan kenapa ia diganggu?
Ulupi menjelaskan, bahwa ia terpesona oleh ketampanan Arjuna, dan ia memintanya agar Arjuna tetap tinggal bersamanya hingga pagi nanti.
Sekeluarnya Arjuna dari sungai, Arjuna meneruskan perjalanannya tanpa tujuan dan terkadang mampir ketempat-tempat sesuci, hingga akhirnya ia sampai di Negara Dwaraka. Disitulah ia berjumpa dengan Sumbadra, saudara muda Kresna, yang sedemikian cantik. Arjuna terpesona oleh kecantikan Sumbadra, hingga ia menyatakan kepada Kresna bahwa ia hendak mempersunting Sumbadra. Kresna mengatakan, bagi seorang satria, ia harus mencuri wanita yang diinginkan untuk menjadi istrinya.
Sesudah terpikirkan bahwa saatnya sudah tiba, Arjuna mencuri Sumbadra. Sembadra menjerit hingga membuat geger semua para agung bangsa Yadawa dan Bangsa Wresni yang ada di istana. Mereka mengejar pencurinya dan mencoba menangkapnya. Tetapi dengan sigap Sri Kesna menenangkan yang sedang mengejar buruannya, dan menyarankan agar membuntuti pencurinya saja. Bahkan ia mengatakan, bahwa pencurinya adalah Arjuna, sehingga penyelesaiannya cukup dengan menjadikan Arjuna saudara. Kresna menambahkan, tidak akan bisa mencari suami yang lebih baik lagi bagi Sumbadra, kecuali Arjuna.
Semua pembesarpun setuju dengan pendapat Kresna. Maka kemudian Arjuna diminta tinggal untuk beberapa lama di Dwaraka.
Setelah sampai waktunya Arjuna diasingkan dihutan usai, Arjuna kembali ke Indraprasta diiringi oleh Sri Kresna dan Balarama. Para pembesar Bangsa Yadawa dan Bangsa Wresni membawa harta benda serta ternak untuk upacara perkawinan Arjuna dan Sumbadra. Perkawinan Sumbadra dan Arjuna melahirkan seorang putra yang bernama Abimanyu.
Sri Kresna sangat sayang kepada Abimanyu kemenakannya. Tetapi usia Abimanyu tidak panjang, tetapi pada perjalanan hidupnya, ia meninggalkan nama harum. Abimanyu sebetulnya adalah penjelmaan Warcas *) , anak dari Batara Soma yang mengijinkannya turun ke dunia tetapi dihitung hanya enambelas tahun, untuk ikut dalam perang di Kurusetra. Batara Soma waktu itu berkata. “Dari perang Suci itulah aku akan mellihat kembalinya putraku, Warcas”.
***
Suatu hari, Sri Kresna dan Arjuna berangkat ke hutan untuk berburu. Didalam hutan mereka berdua ditemui oleh Batara Agni yang menyamar sebagai brahmana. Brahmana itu meminta pertolongan kepada mereka agar hutan Kandawa yang dikuasai oleh Sang Hyang Indra, dibakar. Brahmana itu menjelaskan kepada Arjuna dan Kresna bahwa dirinya menerima petunjuk dari Hyang Brahma agar meminta pertolongan untuk membakar hutan kepada orang yang bernama Sang Nara dan Narayana, yang terlahir di dunia dengan nama Arjuna dan Kresna. Maka ia menemui mereka berdua untuk memohon pertolongan
Arjuna mengatakan, bahwa ia tidak mempunyai panah api sebagaimana diminta oleh brahmana utuk membakar hutan. Ia mengatakan bahwa ia harus memiliki kereta perang yang berkecepatan tinggi dan senjata hebat untuk Sri Kresna.
Segera Batara Agni menginginkan agar Batara Waruna yang merupakan Dewa Air agar memperlihatkan diri. Batara Agni meminta agar Batara Waruna memberikan senjata hebat yang berujud busur dan anak panah yang tidak akan habis dipergunakan, kereta kepunyaan Batara Soma, dan bendera yang bercirikan gambar kera kepada Arjuna.
Untuk Sri Kresna, diberikan ia senjata Cakra yang sedemikian terkenal kehebatannya, Batara Waruna-pun memberikan keduanya melalui perintah Batara Agni.
Dengan senjatanya itulah keduanya menjadikan hutan Kandawa lautan api. Akan tetapi Batara Indra tidak tinggal diam. Ia menumpahkan hujan yang sedemikan lebat hingga kemudian Arjuan melepaskan panahnya yang jumlahnya sangat rapat memenuhi atas angkasa hutan Kandawa bagai memayunginya. Limabelas hari lamanya, punah hutan Kandawa-pun terbakar habis. Tak ada satu mahluk maupun tanaman yang tersisa. Akan tetapi ada satu orang yang hampir ikut terbakar. Ialah salah satu Asyura yang bernama Maya, yang kemudian meminta pengayoman kepada Arjuna.
Usai sudah pekerjaan yang diminta oleh Batara Agni, Sang Hyang Indra-pun menampakkan diri. Begitu lega ia melihat kemampuan dan keberanian putranya. Hyang Indra kemudian memberikan hadiah kepada Arjuna dan juga Sri Kresna. Hyang Indra berucap kepada Arjuna, “Aku berjanji bila kalian sudah diterima oleh Sang Mahadewa nati, heh anak Pandu, akan aku berikan semua senjata sakti y
Dilain pihak, Duryudana dan para sumitranya yang mendengar timbulnya Para Pandawa, kembali sepakat untuk berbuat sesuatu terhadap Pandawa. Karna secara terang-terangan mengusulkan untuk menyerang para Pandawa selagi mereka masih dalam posisi lemah. Tetapi Bisma mengingatkan agar mereka tidak saling bermusuhan terhadap para Pandawa. Seyogyanyalah mereka melakukan usaha kerukunan, karena para Pandawa punya hak separo dari Negara Astina.Bisma melihat gelagat yang kurang baik, memberikan wejangan terhadap Kurawa dan Karna. “Manusia yang mempunyai keteguhan, adalah manusia yang berdasar kepada nama baik. Kurawa akan menerima ganjaran, bila Pandawa tidak mati oleh perbuatan itu. Heh manusia-manusia yang perwira. Berbahagialah kalian, karena Kunti dan anak-anaknya masih hidup. Manusia sejagad belum tahu bagaimana perihal cerita tentang Kunti. Orang orang belum tahu bahwa dosa Purocana bukanlah dosa kalian. Oh raja muda, anak-anak Pandu masih hidup tidak terluka oleh kebakaran dan sekarang sudah timbul kembali. Enyahkan perasaan buruk dari rasa buruk dalam hatimu yang terdalam”.“Mengertilah para Kurawa, selama mereka yang aku sebut sebagai senapati masih segar bugar, walau dewa Guntur sekalipun tidak akan bisa merebut hak para Pandawa, separo wilayah Astina. Pandawa adalah saudara yang rukun dan berbudi baik, mereka bisa menjadi berbahaya bagimu bila tidak diberi separo dari wilayah Negara yang menjadi haknya. Bila kalian ingin berbuat adil, atau kalian mampu melakukannya agar kalian selamat, berikanlah separo dari wilayah Astina kepada Pandawa”.Demikian juga Drona dan Widura yang kemudian menyambung nasihat Bisma, yang pada intinya, nasihat kepada para Kurawa dan Karna adalah sama. Tetapi Karna tetap kukuh dalam sikapnya. Tidak lagi menghitung sikap Karna, khirnya Drestarastra memerintahkan kepada Widura agar menjemput Kunti dan anak-anaknya.Betapa gembira rakyat Astina ketika Pandawa datang. Prabu Drestarastra kemudian memberikan wilayah Kandawaprasta kepada mereka. Banyak orang mengerti bahwa Kandawaprasta adalah wilayah yang sangat angker dan berbahaya. Namun demikian dalam waktu yang tidak lama, Para Pandawa sudah mampu membangun wilayah itu menjadi kota dilereng bukit itu atas petunjuk Wiyasa. Kota itu sedemikian indah bagaikan istana dari Sang Hyang Indra. Maka kemudian wilayah kediaman para Pandawa disebut Indraprasta.Batara Narada yang datang menemui para Pandawa mengingatkan, agar kerukunan yang telah dibangun tidak menjadi rusak kembali oleh sebab satu wanita diperistri orang lima. Ia meminta agar bila Drupadi sedang ada dalam kediaman salah satu saudara Pandawa, maka yang lain tidak boleh menggangu. Bila aturan ini dilanggar, maka pengganggu itu harus disingkirkan ke hutan selama duabelas tahun.***Diceritakan pada suatu hari ada pencuri yang mengambil harta seorang brahmana. Diberitahukan kejadian itu kepada Para Pandawa dan meminta keadilan. Arjuna menyanggupi untuk mengadili. Tetapi peranti pengadilan ada pada gedung yang sedang dihuni oleh Drupadi.
Arjuna bimbang, bagaimana cara Arjuna dalam menolong Brahmana tadi, tetapi nanti timbul prasangka bahwa ia tidak mau menghukum pencuri yang berdosa. Tetapi bila ia masuk kedalam gedung yang dihuni oleh Drupadi, maka ia akan terbuang kedalam hutan selama duabelas tahun. Tetapi kemudian ia berkeputusan, lebih baik aku terbuang ke dalam hutan dan mati disana. Perbuatan kebaikan lebih luhur dibandingkan dengan apapun yang ada pada dirinya. Walaupun badan rusak sekalipun, kebaikan tidak akan hilang.
Akhirnya Arjuna datang ketempat Drupadi yang sedang dalam penguasaan kakaknya dan mengatakan, bahwa ia akan mengambil peralatan untuk mengejar dan menghukum pencuri yang mengambil harta brahmana.
Ketika pencuri tertangkap kemudian dan diadili, Arjuna kembali menemui Yudistira mengembalikan peralatan yang diambilnya kemarin dan minta pamit kepadanya untuk masuk kedalam hutan seperti perjanjian yang sudah disepakati dihadapan Batara Narada.
Yudistira demikian sedih. kemudian ia ia berkata: “Adikku, senapati pilihan. Aku mengetahui sebab dirimu masuk ke dalam hunianku. Sudah aku ketahui bahwa tujuanmu adalah untuk menghukum orang yang berdosa. Perbuatan itu bukanlah sesuatu perbuatan yang buruk. Maka urungkan niatanmu untuk pergi membuang diri kedalam hutan. Turuti apa kataku, adikku. Kebaikanmu tidak seharusnya pasti akan terkotori, dan tidak sekalipun kamu berbuat kesalahan terhadapku”.
Tetapi Arjuna kemudian menjawab. “Aku mendengar sendiri yang kanda ucapkan, bahwa orang harus hati-hati dalam menjalankan kewajibannya. Aku tidak bisa melenceng dari kesetiaan. Kesetiaan terhadap janji adalah kesaktian yang aku miliki. Menjunjung kesetiaan adalah ciri dari bangsa Arya yang gampang dikenali dan kelihatan jelas dalam kitab kita. Berbakti kepada hal yang benar dan menyingkiri dari perbuatan bohong, itu adalah perbuatan yang terlihat disegala tempat, yang ada selumrahnya lelaki dan wanita dalam semua golongan dan derajat. Seseorang bangsa Arya tentu tidak mau berucap mengingkari janji, sebab, ingkar janji dianggap akan membuat malu leluhurnya”.
Arjuna yang tidak mau terlumur dosa kemudian berangkat ke pembuangan. Pada suatu ketika selagi ia melakukan puja semedi didalam air, ia diringkus oleh Ulupi. Dia adalah merupakan bidadari yang menguasai air, anak dari Raja Naga.
Diseretnya Arjuna kedasar sungai dan sampailah di istana, sehingga ia terbangun dari semedinya. Disitulah Arjuna mengetahui dimana keberadaan dirinya ketika melihat ada nyala api didalam istana. Walaupun demikian ia terus melanjutkan puja semadinya dengan rasa tenteram. Begitu selesai semadi, Arjuna menanyakan siapakah sebenarnya wanita itu. Arjuna juga menanyakan kenapa ia diganggu?
Ulupi menjelaskan, bahwa ia terpesona oleh ketampanan Arjuna, dan ia memintanya agar Arjuna tetap tinggal bersamanya hingga pagi nanti.
Sekeluarnya Arjuna dari sungai, Arjuna meneruskan perjalanannya tanpa tujuan dan terkadang mampir ketempat-tempat sesuci, hingga akhirnya ia sampai di Negara Dwaraka. Disitulah ia berjumpa dengan Sumbadra, saudara muda Kresna, yang sedemikian cantik. Arjuna terpesona oleh kecantikan Sumbadra, hingga ia menyatakan kepada Kresna bahwa ia hendak mempersunting Sumbadra. Kresna mengatakan, bagi seorang satria, ia harus mencuri wanita yang diinginkan untuk menjadi istrinya.
Sesudah terpikirkan bahwa saatnya sudah tiba, Arjuna mencuri Sumbadra. Sembadra menjerit hingga membuat geger semua para agung bangsa Yadawa dan Bangsa Wresni yang ada di istana. Mereka mengejar pencurinya dan mencoba menangkapnya. Tetapi dengan sigap Sri Kesna menenangkan yang sedang mengejar buruannya, dan menyarankan agar membuntuti pencurinya saja. Bahkan ia mengatakan, bahwa pencurinya adalah Arjuna, sehingga penyelesaiannya cukup dengan menjadikan Arjuna saudara. Kresna menambahkan, tidak akan bisa mencari suami yang lebih baik lagi bagi Sumbadra, kecuali Arjuna.
Semua pembesarpun setuju dengan pendapat Kresna. Maka kemudian Arjuna diminta tinggal untuk beberapa lama di Dwaraka.
Setelah sampai waktunya Arjuna diasingkan dihutan usai, Arjuna kembali ke Indraprasta diiringi oleh Sri Kresna dan Balarama. Para pembesar Bangsa Yadawa dan Bangsa Wresni membawa harta benda serta ternak untuk upacara perkawinan Arjuna dan Sumbadra. Perkawinan Sumbadra dan Arjuna melahirkan seorang putra yang bernama Abimanyu.
Sri Kresna sangat sayang kepada Abimanyu kemenakannya. Tetapi usia Abimanyu tidak panjang, tetapi pada perjalanan hidupnya, ia meninggalkan nama harum. Abimanyu sebetulnya adalah penjelmaan Warcas *) , anak dari Batara Soma yang mengijinkannya turun ke dunia tetapi dihitung hanya enambelas tahun, untuk ikut dalam perang di Kurusetra. Batara Soma waktu itu berkata. “Dari perang Suci itulah aku akan mellihat kembalinya putraku, Warcas”.
***
Suatu hari, Sri Kresna dan Arjuna berangkat ke hutan untuk berburu. Didalam hutan mereka berdua ditemui oleh Batara Agni yang menyamar sebagai brahmana. Brahmana itu meminta pertolongan kepada mereka agar hutan Kandawa yang dikuasai oleh Sang Hyang Indra, dibakar. Brahmana itu menjelaskan kepada Arjuna dan Kresna bahwa dirinya menerima petunjuk dari Hyang Brahma agar meminta pertolongan untuk membakar hutan kepada orang yang bernama Sang Nara dan Narayana, yang terlahir di dunia dengan nama Arjuna dan Kresna. Maka ia menemui mereka berdua untuk memohon pertolongan
Arjuna mengatakan, bahwa ia tidak mempunyai panah api sebagaimana diminta oleh brahmana utuk membakar hutan. Ia mengatakan bahwa ia harus memiliki kereta perang yang berkecepatan tinggi dan senjata hebat untuk Sri Kresna.
Segera Batara Agni menginginkan agar Batara Waruna yang merupakan Dewa Air agar memperlihatkan diri. Batara Agni meminta agar Batara Waruna memberikan senjata hebat yang berujud busur dan anak panah yang tidak akan habis dipergunakan, kereta kepunyaan Batara Soma, dan bendera yang bercirikan gambar kera kepada Arjuna.
Untuk Sri Kresna, diberikan ia senjata Cakra yang sedemikian terkenal kehebatannya, Batara Waruna-pun memberikan keduanya melalui perintah Batara Agni.
Dengan senjatanya itulah keduanya menjadikan hutan Kandawa lautan api. Akan tetapi Batara Indra tidak tinggal diam. Ia menumpahkan hujan yang sedemikan lebat hingga kemudian Arjuan melepaskan panahnya yang jumlahnya sangat rapat memenuhi atas angkasa hutan Kandawa bagai memayunginya. Limabelas hari lamanya, punah hutan Kandawa-pun terbakar habis. Tak ada satu mahluk maupun tanaman yang tersisa. Akan tetapi ada satu orang yang hampir ikut terbakar. Ialah salah satu Asyura yang bernama Maya, yang kemudian meminta pengayoman kepada Arjuna.
Usai sudah pekerjaan yang diminta oleh Batara Agni, Sang Hyang Indra-pun menampakkan diri. Begitu lega ia melihat kemampuan dan keberanian putranya. Hyang Indra kemudian memberikan hadiah kepada Arjuna dan juga Sri Kresna. Hyang Indra berucap kepada Arjuna, “Aku berjanji bila kalian sudah diterima oleh Sang Mahadewa nati, heh anak Pandu, akan aku berikan semua senjata sakti y
正在翻譯中..
