Sakuma mengendikan bahu saat menyerahkan pesanan Miyoshi. Dia menyeringai. "Mungkin?" Alisnya naik, "Menurutmu?"
Miyoshi tidak dapat menahan ekspresinya, pipinya pasti menampakkan warna memalukan kapan pun dia tersipu, dan butuh nyali besar untuk menahan tatapannya pada Sakuma daripada menyangkal dan melirik ke sana kemari.
"Baiklah kau menang." Sakuma terkekeh dan Miyoshi sangat bersyukur karena bisa mendengar suara lembut tersebut. "Terima kasih untuk minumannya. Itu enak dan ramah di perutku."
Sakuma masih menyeringai dan mengusap belakang lehernya, "Sama-sama. Aku senang kau menyukainya."
Mereka masih bertukar senyum, dan Miyoshi yakin inilah saat yang tepat untuk melangkah pada tahap selanjutnya. "Hei, Sakuma-san. Kalau tidak sibuk maukah kau pergi—"
"Hei Sakuma!" Mereka berdua tersentak, Miyoshi menoleh dan mengerang dalam hati. "Berhentilah menggoda pelanggan, ya ampun!"
Dia mendecak kesal sementara Sakuma memutar matanya sebelum menghadap Miyoshi. Terkutuklah pria botak itu sampai turunannya yang ke tujuh!
"Maaf yah. Tadi mau bilang apa?"
"Tidak ada," Dia berkata, mungkin lain kali saja, "sekali lagi terima kasih untuk minumannya."
"Tentu, selamat menikmati."
Sakuma berlalu untuk melayani antrian di balakangnya. Dengan rasa kecewa dia meresapi pahitnya Americano seraya melangkah keluar. Dia baru saja kembali minum jika bukan tulisan rapi Sakuma menarik perhatiannya. Tidak ada namanya, tapi hal itu yang membuatnya tersenyum senang.
Nomor ponsel Sakuma dan pesan singkat di bawahnya:
Aku pulang jam 5, kalau kau mau
—Sakuma
Miyoshi mengerling pada Sakuma yang sibuk melayani pelanggan, tapi orang itu mendongak sepintas dan kembali fokus pada kerjaannya. Miyoshi menyeringai. Dia tidak begitu yakin, tapi sepertinya Sakuma berusaha tegar untuk tidak terkikik usil.
Dia mengecek ponsel, masih empat jam lagi dan sepertinya dia akan menggangu momen Tazaki juga Kaminaga di apartemen mereka untuk menghabiskan waktu
Sakuma mengendikan bahu saat menyerahkan pesanan Miyoshi. Dia menyeringai. "Mungkin?" Alisnya naik, "Menurutmu?"Miyoshi tidak dapat menahan ekspresinya, pipinya pasti menampakkan warna memalukan kapan pun dia tersipu, dan butuh nyali besar untuk menahan tatapannya pada Sakuma daripada menyangkal dan melirik ke sana kemari."Baiklah kau menang." Sakuma terkekeh dan Miyoshi sangat bersyukur karena bisa mendengar suara lembut tersebut. "Terima kasih untuk minumannya. Itu enak dan ramah di perutku."Sakuma masih menyeringai dan mengusap belakang lehernya, "Sama-sama. Aku senang kau menyukainya."Mereka masih bertukar senyum, dan Miyoshi yakin inilah saat yang tepat untuk melangkah pada tahap selanjutnya. "Hei, Sakuma-san. Kalau tidak sibuk maukah kau pergi—""Hei Sakuma!" Mereka berdua tersentak, Miyoshi menoleh dan mengerang dalam hati. "Berhentilah menggoda pelanggan, ya ampun!"Dia mendecak kesal sementara Sakuma memutar matanya sebelum menghadap Miyoshi. Terkutuklah pria botak itu sampai turunannya yang ke tujuh!"Maaf yah. Tadi mau bilang apa?""Tidak ada," Dia berkata, mungkin lain kali saja, "sekali lagi terima kasih untuk minumannya.""Tentu, selamat menikmati."Sakuma berlalu untuk melayani antrian di balakangnya. Dengan rasa kecewa dia meresapi pahitnya Americano seraya melangkah keluar. Dia baru saja kembali minum jika bukan tulisan rapi Sakuma menarik perhatiannya. Tidak ada namanya, tapi hal itu yang membuatnya tersenyum senang.Nomor ponsel Sakuma dan pesan singkat di bawahnya: Aku pulang jam 5, kalau kau mau—Sakuma Miyoshi mengerling pada Sakuma yang sibuk melayani pelanggan, tapi orang itu mendongak sepintas dan kembali fokus pada kerjaannya. Miyoshi menyeringai. Dia tidak begitu yakin, tapi sepertinya Sakuma berusaha tegar untuk tidak terkikik usil.Dia mengecek ponsel, masih empat jam lagi dan sepertinya dia akan menggangu momen Tazaki juga Kaminaga di apartemen mereka untuk menghabiskan waktu
正在翻譯中..
![](//zhcntimg.ilovetranslation.com/pic/loading_3.gif?v=b9814dd30c1d7c59_8619)