berhubungan satu dengan yang lainnya. Apakah saksi tersebut
mempunyai keberanian untuk menyatakan kebenaran dari suatu sumber
ataupun peristiwa (Wasino,2001:55).
3. Interprestasi
Setelah fakta untuk mengungkap dan membahas masalah yang
diteliti cukup memadai, kemudian dilakukan interpretasi, yaitu proses
menyusun, merangkai, antara saru fakta dengan lainnya sehingga menajdi
satu kesatuan yang dapat dimengerti dan bermakna (Gottschalk,1975:131).
Penafsiran atas fakta harus dilandasi oleh sikap obyektif. Kalaupun
dalam hal tertentu bersikap subyektif, harus subyektif rasional, jangan
subyektif emosional. Rekonstruksi peristiwa sejarah harus menghasilkan
sejarah yang benar atau mendekati kebenaran.
4. Historiografi
Tahap terakhir dari metode sejarah, dimana penulis sudah menyusun
ide-ide tentang hubungan satu fakta dengan fakta yang lain melalui kegitan
interprestasi maka langkah akhir dari penelitian adalah penulisan atau
penyusunan cerita sejarah. Bentuk dari cerita sejarah ini akan di tulis secara
kronologis dengan topik yang jelas sehingga akan mudah untuk di mengerti
dan dengan tujuan agar pembaca dapat mudah memahaminya. Hasil dari
penelitian yang diteliti secara ilmiah dengan menggunakan bahasa yang baik
dan benar sesuai dengan ejaan yang berlaku tanpa mengurangi daya tarik
untuk membaca yang kemudian di bukukan.