Pada awla jaman Jepang, pemerintah Jepang mengambil alih seluruh pabrik-pabrik tekstil di Jawa, termasuk perusahaan Belanda di Tegal yang setiap tahunnya meminta bahan baku kapas 15 juta rupiah dan memperkerjakan 12.000 penduduk pribumi. Produk tekstil ini digunakan untuk kepentingan tentara Jepang dan sisanya untuk orang-orang sipil. Bahan katun menjadi langka sebab Jepang menyita katun yangada di pasaran dan menyerahkan kepada sejumlah perusahaan kecil untuk dijadikan batik dengan kualitas terbaik dengan disain sesuai selera Jepang. Pada masa Jepang, pengusaha pribumi yang termasuk kaum pergerakan dimanfaatkan untuk menggantikan kedudukan pengusaha Cina yang pada masa kolonial Belanda mendapat tempat terhormat.