Pengaruh perkembangan batik Pekalongan pada masa tahun 1950-an tidak hanya nampak pada geliat ekonomi rakyat. Industri batik juga menjadi media integrasi sosial ekonomi masyarakat Pekalongan. Integrasi sosial ekonomi tampak pada hubungan buruh dan majikan sebagai hubungan saling ketergantungan namun juga terjadi hubungan eksploitatif. Pengusaha tidak akan mampu menjalankan perusahaannya tanpa keterlibatan para pembatik. Para pembatik desa bekerja sebagai pengobeng, menjadi buruh intern yaitu menginap di pabrik dan buruh ektern yang tidak menginap di pabrik. Mereka bekerja sebagai pemberi warna biru (blawu), verzeepers (tukang sabun), tukang prada (pewarna emas), para bakul dan makelar, pedagang dan lain-lain