Pada tahun 1940 masyarakat Desa Trangsan pada umumnya bermata pencaharian di bidang pertanian .Hasil pertanian dijual ke Solo tempatnya didaerah solo bagian barat(jongke),dilakukan dengan berjalan kaki melewati rumah seorang tionghoa yang berprofesi sebagai pengrajin rotan yang membuat anyaman dengan berbagai model. salah satu penduduk trangsan bernama Wiro sering di depan rumah Tionghoa tersebut merasa tertarik dan pada akhirnya bekerja pada orang tersebut sebagai pengrajin rotan.Pengalaman yang di peroleh selama bekerja menimbulkan ide untuk membuat produk sendiri dengan mengunakan bahan baku limbah yang di peroleh dari tempat bekarjanya.Usaha yang di rintis oleh Wiro mendorong masyakat luas di desa Trangsan untuk mengikuti jejek menjadi pengrajin rotan .Produk yang di hasil beraneka ragam antara lain pakaian baji ,kursi malas,bandulan bayi,boncengan sepeda dan sebagainya.
Untuk mendapatkan rancangan yang sesuai dengan karakteristik kawasan setempat maka di perlukan opservasi secara langsung dan melakukan wawancara pada penduduk setempat tentang cara atau proses pembuatan ukiran kayu. Dalam proses pengolahan data dilakukan analisis-analisis makro maupun mikro agar dapat memudahkan dalam perancangan dengan sketsa-sketsa gambar dan dokumentasi.
Setelah melalui beberapa proses analisis maka Pengembangan Industri Rotan di Desa Trangsan ini diharapkan dapat menjadi objek wisata kesenian di sukoharjo yang layak untuk dinikmati wisatawan dan pengembangan kepariwisataan setempat serta pelestarian kebudayaan Kerajianan tangan