Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menetapkan komoditas unggulan perikanan budidaya, yaitu udang, rumput laut, bandeng dan patin. Sebagai salah satu komoditas unggulan, rumput laut terus dipacu produksinya di wilayah pantai utara (Pantura) Jawa Barat dengan pola budidaya polikultur. “Pada tahun 2012, KKP telah menargetkan peningkatan produksi rumput laut sebesar 5,1 juta ton atau meningkat sebesar 18,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo di Jakarta, Sabtu (11/8).
Dalam pengertiannya, polikultur adalah praktek kultur lebih dari satu jenis organisme akuatik di kolam yang sama. Polikultur harus menggabungkan ikan yang mempunyai kebiasaan makan yang berbeda dalam proporsi yang efektif memanfaatkan makanan alami. Jenis rumput laut yang dipolikultur adalahGracilaria sp. yang dilakukan pada tambak bandeng maupun udang windu. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Menteri KKP Sharif C. Sutardjo “Pola budidaya polikultur sendiri akan memadukan Gracilaria dengan udang windu dan bandeng dalam satu lahan tambak sehingga penggunaan lahan akan lebih efektif, di samping masyarakat dapat melakukan budidaya tiga komoditas dalam suatu area pada satu waktu. selain itu penerapan budidaya pola polikultur dapat menekan dilakukan untuk mengatasi serangan penyakit udang dibandingkan dengan pola monokultur.
Sementara itu, Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto menyebut bahwa potensi pengembangan budidaya pola polikultur masih sangat besar, karena banyak lahan kosong eks tambak udang yang terbengkalai dan tidak termanfaatkan. hal ini diharapkan mampu meningkatkan pendapat para petambak dan akhirnya dapat meningkatkan produksi rumput laut secara keseluruhan.
Tidak usah ragu dalam usaha budidaya polikultur rumput laut dengan udang maupun bandeng. Karena harga rumput laut jenis Gracilaria tingkat petambak tercatat sebesar Rp 5 ribu hingga Rp 6 ribu per kilogram, sedangkan ditingkat pabrik mencapai Rp 6.000-Rp 7.100 per kg. Harga ini cenderung mengalami kenaikan dibandingkan awal tahun lalu yang hanya sebesar Rp 3.000 per kg.
produktivitas dari setiap hektar lahan, produksi rumput laut kering diperkirakan mencapai 2 ton dengan masa panen bervariasi, yakni rumput laut 45 hari, sementara untuk bandeng butuh waktu panen 6 bulan, dan udang windu selama 4 bulan. Selain dapat meningkatkan produktivitas, sistem ini juga dapat menekan biaya operasional serta resiko yang ditimbulkan oleh serangan penyakit pada udang atau pun bandeng sehingga dinilai lebih efisien.
Mari kita budidaya dengan sistem polikultur !
Sumber : http://putriaquacultureumm.wordpress.com/2012/08/14/polikultur-rumput-laut-bandeng-dan-udang-windu/
kebun aren di 15.06 Tidak ada komentar:
Berbagi
Komoditi berpotensi hebat itu adalah Rumput Laut
Pengembangkan Potensi Rumput Laut
91704423 Foto000 Hamparan Lahan Rumput Laut Rumput-laut 03 rumput-laut
Perairan laut Indonesia dengan garis pantai sekitar 81.000 km diyakini memiliki potensi rumput laut yang sangat tinggi. Tercatat sedikitnya ada 555 jenis rumput laut di perairan Indonesia. Dari jumlah itu ada 55 jenis yang diketahui mempunyai nilai ekonomis tinggi, diantaranya Eucheuma sp, Gracilaria dan Gelidium. Rumput laut termasuk jenis ganggang pada umumnya ganggang dapat diklasifikasikan menjadi kelas yaitu : ganggang hijau (chloropheceae), ganggang hijau biru (cyanophyceae), ganggang coklat (pheaceophyceae) dan ganggang merah (rhodophyceae).
Ganggang hijau dan ganggang hijau biru banyak hidup dan berkembang biak di air tawar, sedangkan ganggang coklat dan ganggang merah memiliki habitat laut yang biasanya lebih dikenal dengan rumput laut. Ganggang cokelat lebih dikenal sebagai rumput karang atau rockweed, sering dimanfaatkan untuk industri alginat, sedangkan ganggang merah merupakan sumber bahan baku bagi industri agar-agar, carragenan dan fulcellaran serta produk-produk lainnya. Rumput laut atau seaweed merupakan bagian terbesar dari rumput laut yang tumbuh melekat erat pada substrat pada yang terdapat di lautan seperti batu-batuan, karang dan bangkai kulit karang.
Dalam pertumbuhannya rumput laut memerlukan cahaya matahari untuk proses photosynthesa, karena itu meskipun hidupnya di bawah permukaanlaut tetapi tidak dapat terlalu dalam. Pada umumnya rumput laut terdapat di sekitar pantai dalam jumlah dan jenis beragam, namun hanya beberapa jeni saja yang dapat dimakan karena alasan rasa.
Budidaya
Untuk membudidayakan rumput jenis Eucheuma sp perlu diperhatikan faktor-faktor teknis dan non teknis antara lain, harus bebas dari pengaruh angin topan dan ombak yang kuat dan mempunyai gerakan air (arus) yang cukup (20-30 cm/detik). Sementara dasar peraiaran mesti agak keras yang terdiri dari pasir dan karang serta bebas dari lumpur. Lokasi masih digenangi air pada waktu surut dengan kedalaman antara 30 – 60 cm. Sedangkan kejernihan air tidak kurang dari 5 cm. Suhu air (20 – 28oC) dengan fluktuasi harian maksimum 4oC. Kisaran kadar garam 28 – 34 dan PH air antara 7 – 9. Lokasi harus mengandung cukup makan berupa makro dan mikro nutrien serta bebas dari bahan pencemaran, bebas dari ikan dan hewan air yang bersifat herbivora.
Syarat penting lain, mudah dijangkau untuk kelancaran proses produksi sampai kepada pemasaran hasil.
Rata-rata temperatur air laut sebaiknya berkisar antara 27 – 30oC jika terjadi kenaikan temperatur yang tinggi akan terjadi adanya uliment dan meliputi epiphyt, sehingga tanaman akan rontok. Sedangkan sanitasi air sangat tergantung pada faktor penguapan, serta ada tidaknya sumber air tawar. Untuk menghindari sanitasi yang tajam sebaiknya lokasi tanaman jauh dari muara sungai untuk menghindari endapan lumpur.
Dari semua faktor yang disebutkan di atas, perlu diperhitungkan pula ada tidaknya pencemaran air laut seperti : genangan minyak, limbah pabrik, bahan peledak atau bahan kimia untuk penangkapan ikan.
Gerakan Air
Kesuburan lokasi tanaman sangat ditentukan oleh adanya gerakan air yang berupa arus ombak. Karena gerakan air merupakan alat pengangkut zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Arus atau ombak merupakan alat yang baik bagi massa air sehingga menjadi homogen. Massa air yang homogen akan menghindari perbedaan yang tajam pada kelarutan oksigen, temperatur, salinitas dan lain-lain. Disamping itu gerakan air juga merupakan alat pembersih terhadap sediment dan epiphyt yang menumpuk pada tanaman.
Ombak yang terlalu besar lebih merusak tanaman akan tetapi diperlukan juga sebagai alat pengaduk yang baik bagi massa air. Di samping itu ombak sebagai alat penangkap udara, sehingga memperkaya larutan oksigen ke dalam massa air. Untuk itu dalam budidaya rumput laut harus mengambil areal/lokasi yang terbuka terhadap ombak dan mempunyai terumbu karang yang menonjol sebagai tanggul ombak di bagian luar, sehingga lokasi tanaman hanya terkena pecahan ombak/lidah ombak saja, dengan kecepatan arus antara 20 s/d 40 cm per detik.
Faktor Non Teknis
Di dalam melakukan budidaya rumput laut faktor non teknis juga sangat menunjang keberhasilan seperti halnya, sosial ekonomi masyarakat setempat, sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi. Lokasi di mana terdapat petani nelayan yang hidup di bawah g aris kemiskinan, kondisi ini sangat mendukung pembudidayaan rumput laut karena dapat memberikan lapangan kerja dengan tidak mengurangi persyaratan teknis budidaya rumput laut.
Pemilihan Bibit
Penyediaan benih dapat diperbanyak secara generatif dan vegatif. Persyaratan bibit yang b erkualitas antara lain mempunyai angka pertumbuhan harian baik, yang menyangkut masa panen produksi yang menguntungkan. Adapun ciri-ciri bibit yang baik antara lain bibit tanaman harus muda, bersih dan segar.
Pengadaan bibit dapat dilakukan dengan memanfaatkan sifat-sifat reproduksi vegetatif dan generatif. Bibit hendaknya dipilih dan diambil dari stek ujung tanaman rumput laut yang unggul yang masih muda, segar dan berasal dari tanaman rumput laut yang sudah dibudidayakan. Ciri-ciri jenis unggul bercabang banyak warna sesuai jenisnya dan pertumbuhannya cepat. Untuk metode lepas dasar, luas tiap petak rakit budidaya 100 m2 memerlukan bibit 240 kg.
Pemeliharaan
Memelihara rumput laut berarti mengawasi terus menerus konstruksi sarana budidaya dan tanamannya. Apabila ada kerusakan patok, jangkar, tali ris dan tali ris utama yang disebabkan ombak yang besar, harus segera diperbaiki. Pemeliharaan dilakukan baik pada ombak besar maupun pada aliran laut tenang. Kotoran atau debu air yang melekat pada tanaman harus selalu dibersihkan. Kotoran yang melekat dapat menganggu proses metabolisme sehingga pertumbuhan tanaman menurun. Beberapa tumbuhan penempel yang merusak, seperti ulva, hypnea, chaetomorpha, dan enteromorpha dikumpulkan dan dibuang ke darat.
Beberapa jenis hewan herbivora pemangsa tanaman rumput laut adalah bulu babi, ikan dan penyu. Serangan bulu babi dapat diatasi dengan cara diusir dari lokasi budidaya. Lumut juga perlu biasanya dipasang jaring di sekeliling lokasi budidaya. Lumut juga perlu disingkirkan karena menghalangi sinar matahari yang masuk sehingga pertumbuhan akan terhambat.
Pemupukan tidak ada, untuk eucheuma sp yang ditanam di perairan pantai. Kecuali untuk budidaya rumput laut jenis gracilaria yang ditanam di tambak perlu diberikan pemupukan. Untuk
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menetapkan komoditas unggulan perikanan budidaya, yaitu udang, rumput laut, bandeng dan patin. Sebagai salah satu komoditas unggulan, rumput laut terus dipacu produksinya di wilayah pantai utara (Pantura) Jawa Barat dengan pola budidaya polikultur. “Pada tahun 2012, KKP telah menargetkan peningkatan produksi rumput laut sebesar 5,1 juta ton atau meningkat sebesar 18,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo di Jakarta, Sabtu (11/8).Dalam pengertiannya, polikultur adalah praktek kultur lebih dari satu jenis organisme akuatik di kolam yang sama. Polikultur harus menggabungkan ikan yang mempunyai kebiasaan makan yang berbeda dalam proporsi yang efektif memanfaatkan makanan alami. Jenis rumput laut yang dipolikultur adalahGracilaria sp. yang dilakukan pada tambak bandeng maupun udang windu. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Menteri KKP Sharif C. Sutardjo “Pola budidaya polikultur sendiri akan memadukan Gracilaria dengan udang windu dan bandeng dalam satu lahan tambak sehingga penggunaan lahan akan lebih efektif, di samping masyarakat dapat melakukan budidaya tiga komoditas dalam suatu area pada satu waktu. selain itu penerapan budidaya pola polikultur dapat menekan dilakukan untuk mengatasi serangan penyakit udang dibandingkan dengan pola monokultur. Sementara itu, Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto menyebut bahwa potensi pengembangan budidaya pola polikultur masih sangat besar, karena banyak lahan kosong eks tambak udang yang terbengkalai dan tidak termanfaatkan. hal ini diharapkan mampu meningkatkan pendapat para petambak dan akhirnya dapat meningkatkan produksi rumput laut secara keseluruhan.Tidak usah ragu dalam usaha budidaya polikultur rumput laut dengan udang maupun bandeng. Karena harga rumput laut jenis Gracilaria tingkat petambak tercatat sebesar Rp 5 ribu hingga Rp 6 ribu per kilogram, sedangkan ditingkat pabrik mencapai Rp 6.000-Rp 7.100 per kg. Harga ini cenderung mengalami kenaikan dibandingkan awal tahun lalu yang hanya sebesar Rp 3.000 per kg.produktivitas dari setiap hektar lahan, produksi rumput laut kering diperkirakan mencapai 2 ton dengan masa panen bervariasi, yakni rumput laut 45 hari, sementara untuk bandeng butuh waktu panen 6 bulan, dan udang windu selama 4 bulan. Selain dapat meningkatkan produktivitas, sistem ini juga dapat menekan biaya operasional serta resiko yang ditimbulkan oleh serangan penyakit pada udang atau pun bandeng sehingga dinilai lebih efisien.Mari kita budidaya dengan sistem polikultur !Sumber : http://putriaquacultureumm.wordpress.com/2012/08/14/polikultur-rumput-laut-bandeng-dan-udang-windu/kebun aren di 15.06 Tidak ada komentar:Berbagi Komoditi berpotensi hebat itu adalah Rumput LautPengembangkan Potensi Rumput Laut91704423 Foto000 Hamparan Lahan Rumput Laut Rumput-laut 03 rumput-lautPerairan laut Indonesia dengan garis pantai sekitar 81.000 km diyakini memiliki potensi rumput laut yang sangat tinggi. Tercatat sedikitnya ada 555 jenis rumput laut di perairan Indonesia. Dari jumlah itu ada 55 jenis yang diketahui mempunyai nilai ekonomis tinggi, diantaranya Eucheuma sp, Gracilaria dan Gelidium. Rumput laut termasuk jenis ganggang pada umumnya ganggang dapat diklasifikasikan menjadi kelas yaitu : ganggang hijau (chloropheceae), ganggang hijau biru (cyanophyceae), ganggang coklat (pheaceophyceae) dan ganggang merah (rhodophyceae). Ganggang hijau dan ganggang hijau biru banyak hidup dan berkembang biak di air tawar, sedangkan ganggang coklat dan ganggang merah memiliki habitat laut yang biasanya lebih dikenal dengan rumput laut. Ganggang cokelat lebih dikenal sebagai rumput karang atau rockweed, sering dimanfaatkan untuk industri alginat, sedangkan ganggang merah merupakan sumber bahan baku bagi industri agar-agar, carragenan dan fulcellaran serta produk-produk lainnya. Rumput laut atau seaweed merupakan bagian terbesar dari rumput laut yang tumbuh melekat erat pada substrat pada yang terdapat di lautan seperti batu-batuan, karang dan bangkai kulit karang.Dalam pertumbuhannya rumput laut memerlukan cahaya matahari untuk proses photosynthesa, karena itu meskipun hidupnya di bawah permukaanlaut tetapi tidak dapat terlalu dalam. Pada umumnya rumput laut terdapat di sekitar pantai dalam jumlah dan jenis beragam, namun hanya beberapa jeni saja yang dapat dimakan karena alasan rasa.BudidayaUntuk membudidayakan rumput jenis Eucheuma sp perlu diperhatikan faktor-faktor teknis dan non teknis antara lain, harus bebas dari pengaruh angin topan dan ombak yang kuat dan mempunyai gerakan air (arus) yang cukup (20-30 cm/detik). Sementara dasar peraiaran mesti agak keras yang terdiri dari pasir dan karang serta bebas dari lumpur. Lokasi masih digenangi air pada waktu surut dengan kedalaman antara 30 – 60 cm. Sedangkan kejernihan air tidak kurang dari 5 cm. Suhu air (20 – 28oC) dengan fluktuasi harian maksimum 4oC. Kisaran kadar garam 28 – 34 dan PH air antara 7 – 9. Lokasi harus mengandung cukup makan berupa makro dan mikro nutrien serta bebas dari bahan pencemaran, bebas dari ikan dan hewan air yang bersifat herbivora.Syarat penting lain, mudah dijangkau untuk kelancaran proses produksi sampai kepada pemasaran hasil.Rata-rata temperatur air laut sebaiknya berkisar antara 27 – 30oC jika terjadi kenaikan temperatur yang tinggi akan terjadi adanya uliment dan meliputi epiphyt, sehingga tanaman akan rontok. Sedangkan sanitasi air sangat tergantung pada faktor penguapan, serta ada tidaknya sumber air tawar. Untuk menghindari sanitasi yang tajam sebaiknya lokasi tanaman jauh dari muara sungai untuk menghindari endapan lumpur.Dari semua faktor yang disebutkan di atas, perlu diperhitungkan pula ada tidaknya pencemaran air laut seperti : genangan minyak, limbah pabrik, bahan peledak atau bahan kimia untuk penangkapan ikan.Gerakan AirKesuburan lokasi tanaman sangat ditentukan oleh adanya gerakan air yang berupa arus ombak. Karena gerakan air merupakan alat pengangkut zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Arus atau ombak merupakan alat yang baik bagi massa air sehingga menjadi homogen. Massa air yang homogen akan menghindari perbedaan yang tajam pada kelarutan oksigen, temperatur, salinitas dan lain-lain. Disamping itu gerakan air juga merupakan alat pembersih terhadap sediment dan epiphyt yang menumpuk pada tanaman.Ombak yang terlalu besar lebih merusak tanaman akan tetapi diperlukan juga sebagai alat pengaduk yang baik bagi massa air. Di samping itu ombak sebagai alat penangkap udara, sehingga memperkaya larutan oksigen ke dalam massa air. Untuk itu dalam budidaya rumput laut harus mengambil areal/lokasi yang terbuka terhadap ombak dan mempunyai terumbu karang yang menonjol sebagai tanggul ombak di bagian luar, sehingga lokasi tanaman hanya terkena pecahan ombak/lidah ombak saja, dengan kecepatan arus antara 20 s/d 40 cm per detik.
Faktor Non Teknis
Di dalam melakukan budidaya rumput laut faktor non teknis juga sangat menunjang keberhasilan seperti halnya, sosial ekonomi masyarakat setempat, sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi. Lokasi di mana terdapat petani nelayan yang hidup di bawah g aris kemiskinan, kondisi ini sangat mendukung pembudidayaan rumput laut karena dapat memberikan lapangan kerja dengan tidak mengurangi persyaratan teknis budidaya rumput laut.
Pemilihan Bibit
Penyediaan benih dapat diperbanyak secara generatif dan vegatif. Persyaratan bibit yang b erkualitas antara lain mempunyai angka pertumbuhan harian baik, yang menyangkut masa panen produksi yang menguntungkan. Adapun ciri-ciri bibit yang baik antara lain bibit tanaman harus muda, bersih dan segar.
Pengadaan bibit dapat dilakukan dengan memanfaatkan sifat-sifat reproduksi vegetatif dan generatif. Bibit hendaknya dipilih dan diambil dari stek ujung tanaman rumput laut yang unggul yang masih muda, segar dan berasal dari tanaman rumput laut yang sudah dibudidayakan. Ciri-ciri jenis unggul bercabang banyak warna sesuai jenisnya dan pertumbuhannya cepat. Untuk metode lepas dasar, luas tiap petak rakit budidaya 100 m2 memerlukan bibit 240 kg.
Pemeliharaan
Memelihara rumput laut berarti mengawasi terus menerus konstruksi sarana budidaya dan tanamannya. Apabila ada kerusakan patok, jangkar, tali ris dan tali ris utama yang disebabkan ombak yang besar, harus segera diperbaiki. Pemeliharaan dilakukan baik pada ombak besar maupun pada aliran laut tenang. Kotoran atau debu air yang melekat pada tanaman harus selalu dibersihkan. Kotoran yang melekat dapat menganggu proses metabolisme sehingga pertumbuhan tanaman menurun. Beberapa tumbuhan penempel yang merusak, seperti ulva, hypnea, chaetomorpha, dan enteromorpha dikumpulkan dan dibuang ke darat.
Beberapa jenis hewan herbivora pemangsa tanaman rumput laut adalah bulu babi, ikan dan penyu. Serangan bulu babi dapat diatasi dengan cara diusir dari lokasi budidaya. Lumut juga perlu biasanya dipasang jaring di sekeliling lokasi budidaya. Lumut juga perlu disingkirkan karena menghalangi sinar matahari yang masuk sehingga pertumbuhan akan terhambat.
Pemupukan tidak ada, untuk eucheuma sp yang ditanam di perairan pantai. Kecuali untuk budidaya rumput laut jenis gracilaria yang ditanam di tambak perlu diberikan pemupukan. Untuk
正在翻譯中..
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menetapkan komoditas unggulan perikanan budidaya, yaitu udang, rumput laut, bandeng dan patin. Sebagai salah satu komoditas unggulan, rumput laut terus dipacu produksinya di wilayah pantai utara (Pantura) Jawa Barat dengan pola budidaya polikultur. “Pada tahun 2012, KKP telah menargetkan peningkatan produksi rumput laut sebesar 5,1 juta ton atau meningkat sebesar 18,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo di Jakarta, Sabtu (11/8).
Dalam pengertiannya, polikultur adalah praktek kultur lebih dari satu jenis organisme akuatik di kolam yang sama. Polikultur harus menggabungkan ikan yang mempunyai kebiasaan makan yang berbeda dalam proporsi yang efektif memanfaatkan makanan alami. Jenis rumput laut yang dipolikultur adalahGracilaria sp. yang dilakukan pada tambak bandeng maupun udang windu. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Menteri KKP Sharif C. Sutardjo “Pola budidaya polikultur sendiri akan memadukan Gracilaria dengan udang windu dan bandeng dalam satu lahan tambak sehingga penggunaan lahan akan lebih efektif, di samping masyarakat dapat melakukan budidaya tiga komoditas dalam suatu area pada satu waktu. selain itu penerapan budidaya pola polikultur dapat menekan dilakukan untuk mengatasi serangan penyakit udang dibandingkan dengan pola monokultur.
Sementara itu, Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto menyebut bahwa potensi pengembangan budidaya pola polikultur masih sangat besar, karena banyak lahan kosong eks tambak udang yang terbengkalai dan tidak termanfaatkan. hal ini diharapkan mampu meningkatkan pendapat para petambak dan akhirnya dapat meningkatkan produksi rumput laut secara keseluruhan.
Tidak usah ragu dalam usaha budidaya polikultur rumput laut dengan udang maupun bandeng. Karena harga rumput laut jenis Gracilaria tingkat petambak tercatat sebesar Rp 5 ribu hingga Rp 6 ribu per kilogram, sedangkan ditingkat pabrik mencapai Rp 6.000-Rp 7.100 per kg. Harga ini cenderung mengalami kenaikan dibandingkan awal tahun lalu yang hanya sebesar Rp 3.000 per kg.
produktivitas dari setiap hektar lahan, produksi rumput laut kering diperkirakan mencapai 2 ton dengan masa panen bervariasi, yakni rumput laut 45 hari, sementara untuk bandeng butuh waktu panen 6 bulan, dan udang windu selama 4 bulan. Selain dapat meningkatkan produktivitas, sistem ini juga dapat menekan biaya operasional serta resiko yang ditimbulkan oleh serangan penyakit pada udang atau pun bandeng sehingga dinilai lebih efisien.
Mari kita budidaya dengan sistem polikultur !
Sumber : http://putriaquacultureumm.wordpress.com/2012/08/14/polikultur-rumput-laut-bandeng-dan-udang-windu/
kebun aren di 15.06 Tidak ada komentar:
Berbagi
Komoditi berpotensi hebat itu adalah Rumput Laut
Pengembangkan Potensi Rumput Laut
91704423 Foto000 Hamparan Lahan Rumput Laut Rumput-laut 03 rumput-laut
Perairan laut Indonesia dengan garis pantai sekitar 81.000 km diyakini memiliki potensi rumput laut yang sangat tinggi. Tercatat sedikitnya ada 555 jenis rumput laut di perairan Indonesia. Dari jumlah itu ada 55 jenis yang diketahui mempunyai nilai ekonomis tinggi, diantaranya Eucheuma sp, Gracilaria dan Gelidium. Rumput laut termasuk jenis ganggang pada umumnya ganggang dapat diklasifikasikan menjadi kelas yaitu : ganggang hijau (chloropheceae), ganggang hijau biru (cyanophyceae), ganggang coklat (pheaceophyceae) dan ganggang merah (rhodophyceae).
Ganggang hijau dan ganggang hijau biru banyak hidup dan berkembang biak di air tawar, sedangkan ganggang coklat dan ganggang merah memiliki habitat laut yang biasanya lebih dikenal dengan rumput laut. Ganggang cokelat lebih dikenal sebagai rumput karang atau rockweed, sering dimanfaatkan untuk industri alginat, sedangkan ganggang merah merupakan sumber bahan baku bagi industri agar-agar, carragenan dan fulcellaran serta produk-produk lainnya. Rumput laut atau seaweed merupakan bagian terbesar dari rumput laut yang tumbuh melekat erat pada substrat pada yang terdapat di lautan seperti batu-batuan, karang dan bangkai kulit karang.
Dalam pertumbuhannya rumput laut memerlukan cahaya matahari untuk proses photosynthesa, karena itu meskipun hidupnya di bawah permukaanlaut tetapi tidak dapat terlalu dalam. Pada umumnya rumput laut terdapat di sekitar pantai dalam jumlah dan jenis beragam, namun hanya beberapa jeni saja yang dapat dimakan karena alasan rasa.
Budidaya
Untuk membudidayakan rumput jenis Eucheuma sp perlu diperhatikan faktor-faktor teknis dan non teknis antara lain, harus bebas dari pengaruh angin topan dan ombak yang kuat dan mempunyai gerakan air (arus) yang cukup (20-30 cm/detik). Sementara dasar peraiaran mesti agak keras yang terdiri dari pasir dan karang serta bebas dari lumpur. Lokasi masih digenangi air pada waktu surut dengan kedalaman antara 30 – 60 cm. Sedangkan kejernihan air tidak kurang dari 5 cm. Suhu air (20 – 28oC) dengan fluktuasi harian maksimum 4oC. Kisaran kadar garam 28 – 34 dan PH air antara 7 – 9. Lokasi harus mengandung cukup makan berupa makro dan mikro nutrien serta bebas dari bahan pencemaran, bebas dari ikan dan hewan air yang bersifat herbivora.
Syarat penting lain, mudah dijangkau untuk kelancaran proses produksi sampai kepada pemasaran hasil.
Rata-rata temperatur air laut sebaiknya berkisar antara 27 – 30oC jika terjadi kenaikan temperatur yang tinggi akan terjadi adanya uliment dan meliputi epiphyt, sehingga tanaman akan rontok. Sedangkan sanitasi air sangat tergantung pada faktor penguapan, serta ada tidaknya sumber air tawar. Untuk menghindari sanitasi yang tajam sebaiknya lokasi tanaman jauh dari muara sungai untuk menghindari endapan lumpur.
Dari semua faktor yang disebutkan di atas, perlu diperhitungkan pula ada tidaknya pencemaran air laut seperti : genangan minyak, limbah pabrik, bahan peledak atau bahan kimia untuk penangkapan ikan.
Gerakan Air
Kesuburan lokasi tanaman sangat ditentukan oleh adanya gerakan air yang berupa arus ombak. Karena gerakan air merupakan alat pengangkut zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Arus atau ombak merupakan alat yang baik bagi massa air sehingga menjadi homogen. Massa air yang homogen akan menghindari perbedaan yang tajam pada kelarutan oksigen, temperatur, salinitas dan lain-lain. Disamping itu gerakan air juga merupakan alat pembersih terhadap sediment dan epiphyt yang menumpuk pada tanaman.
Ombak yang terlalu besar lebih merusak tanaman akan tetapi diperlukan juga sebagai alat pengaduk yang baik bagi massa air. Di samping itu ombak sebagai alat penangkap udara, sehingga memperkaya larutan oksigen ke dalam massa air. Untuk itu dalam budidaya rumput laut harus mengambil areal/lokasi yang terbuka terhadap ombak dan mempunyai terumbu karang yang menonjol sebagai tanggul ombak di bagian luar, sehingga lokasi tanaman hanya terkena pecahan ombak/lidah ombak saja, dengan kecepatan arus antara 20 s/d 40 cm per detik.
Faktor Non Teknis
Di dalam melakukan budidaya rumput laut faktor non teknis juga sangat menunjang keberhasilan seperti halnya, sosial ekonomi masyarakat setempat, sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi. Lokasi di mana terdapat petani nelayan yang hidup di bawah g aris kemiskinan, kondisi ini sangat mendukung pembudidayaan rumput laut karena dapat memberikan lapangan kerja dengan tidak mengurangi persyaratan teknis budidaya rumput laut.
Pemilihan Bibit
Penyediaan benih dapat diperbanyak secara generatif dan vegatif. Persyaratan bibit yang b erkualitas antara lain mempunyai angka pertumbuhan harian baik, yang menyangkut masa panen produksi yang menguntungkan. Adapun ciri-ciri bibit yang baik antara lain bibit tanaman harus muda, bersih dan segar.
Pengadaan bibit dapat dilakukan dengan memanfaatkan sifat-sifat reproduksi vegetatif dan generatif. Bibit hendaknya dipilih dan diambil dari stek ujung tanaman rumput laut yang unggul yang masih muda, segar dan berasal dari tanaman rumput laut yang sudah dibudidayakan. Ciri-ciri jenis unggul bercabang banyak warna sesuai jenisnya dan pertumbuhannya cepat. Untuk metode lepas dasar, luas tiap petak rakit budidaya 100 m2 memerlukan bibit 240 kg.
Pemeliharaan
Memelihara rumput laut berarti mengawasi terus menerus konstruksi sarana budidaya dan tanamannya. Apabila ada kerusakan patok, jangkar, tali ris dan tali ris utama yang disebabkan ombak yang besar, harus segera diperbaiki. Pemeliharaan dilakukan baik pada ombak besar maupun pada aliran laut tenang. Kotoran atau debu air yang melekat pada tanaman harus selalu dibersihkan. Kotoran yang melekat dapat menganggu proses metabolisme sehingga pertumbuhan tanaman menurun. Beberapa tumbuhan penempel yang merusak, seperti ulva, hypnea, chaetomorpha, dan enteromorpha dikumpulkan dan dibuang ke darat.
Beberapa jenis hewan herbivora pemangsa tanaman rumput laut adalah bulu babi, ikan dan penyu. Serangan bulu babi dapat diatasi dengan cara diusir dari lokasi budidaya. Lumut juga perlu biasanya dipasang jaring di sekeliling lokasi budidaya. Lumut juga perlu disingkirkan karena menghalangi sinar matahari yang masuk sehingga pertumbuhan akan terhambat.
Pemupukan tidak ada, untuk eucheuma sp yang ditanam di perairan pantai. Kecuali untuk budidaya rumput laut jenis gracilaria yang ditanam di tambak perlu diberikan pemupukan. Untuk
正在翻譯中..