Para penerbang handal dari TNI AU dikerahkan untuk mencari keberadaan pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang sejak Minggu (28/12). Dalam waktu tiga hari, para penerbang handal itu bisa menemukan puing-puing pesawat dan memastikan letak jatuhnya pesawat yang dijadwalkan terbang dari Surabaya menuju Singapura.
Namun, usaha penemuan pesawat AirAsia QZ8501 itu tak mudah. Para penerbang terbaik dari TNI AU harus menghadapi bahaya yang sangat besar.
"Saya katakan para penerbang kita itu sangat heroik, mereka bekerja dalam tekanan yang luar biasa dan bahaya yang sangat besar," kata Kadispen TNI AU Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto saat ditemui di Lanud Halim Perdanakusuma, Jaktim, Selasa (30/12/2014).
Hadi menjelaskan, selama tiga hari, para penerbang terbaiknya harus melakukan pencarian. Dalam satu hari, rata-rata satu pilot terbang selama 10 jam nonstop dengan ketinggian sangat rendah.
"Hari ini saja para pilot terbang dengan ketinggian 500 feet atau hanya sekitar 100 meter di atas laut selama enam jam. Itu sangat berbahaya," jelas Hadi.
Sebagai gambaran, bahaya yang harus dihadapi pilot saat melakukan pencarian adalah ketika harus terbang dengan ketinggian yang sangat rendah, dekat dengan permukaan laut dan dengan kecepatan yang sangat rendah. Saat para pilot harus terbang dalam jangka waktu yang lama, dimungkinkan para pilot itu akan terserang vertigo.
"Pada jarak terbang 500 feet atau sekitar 100 meter dari laut, sangat dimungkinkan para penerbang itu terserang vertigo. Di ketinggian yang sangat rendah seperti itu, warna air laut dan warna langit itu hampir sama. Padahal mereka dituntut untuk terus fokus mencari benda-benda yang mengapung di permukaan laut," ungkap Hadi
Para penerbang handal dari TNI AU dikerahkan untuk mencari keberadaan pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang sejak Minggu (28/12). Dalam waktu tiga hari, para penerbang handal itu bisa menemukan puing-puing pesawat dan memastikan letak jatuhnya pesawat yang dijadwalkan terbang dari Surabaya menuju Singapura.
Namun, usaha penemuan pesawat AirAsia QZ8501 itu tak mudah. Para penerbang terbaik dari TNI AU harus menghadapi bahaya yang sangat besar.
"Saya katakan para penerbang kita itu sangat heroik, mereka bekerja dalam tekanan yang luar biasa dan bahaya yang sangat besar," kata Kadispen TNI AU Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto saat ditemui di Lanud Halim Perdanakusuma, Jaktim, Selasa (30/12/2014).
Hadi menjelaskan, selama tiga hari, para penerbang terbaiknya harus melakukan pencarian. Dalam satu hari, rata-rata satu pilot terbang selama 10 jam nonstop dengan ketinggian sangat rendah.
"Hari ini saja para pilot terbang dengan ketinggian 500 feet atau hanya sekitar 100 meter di atas laut selama enam jam. Itu sangat berbahaya," jelas Hadi.
Sebagai gambaran, bahaya yang harus dihadapi pilot saat melakukan pencarian adalah ketika harus terbang dengan ketinggian yang sangat rendah, dekat dengan permukaan laut dan dengan kecepatan yang sangat rendah. Saat para pilot harus terbang dalam jangka waktu yang lama, dimungkinkan para pilot itu akan terserang vertigo.
"Pada jarak terbang 500 feet atau sekitar 100 meter dari laut, sangat dimungkinkan para penerbang itu terserang vertigo. Di ketinggian yang sangat rendah seperti itu, warna air laut dan warna langit itu hampir sama. Padahal mereka dituntut untuk terus fokus mencari benda-benda yang mengapung di permukaan laut," ungkap Hadi
正在翻譯中..