Suatu ketika...
Diajak malam tahun baruan di Kuta, Bali. Tapi, karena saya tidak berminat dan lebih memanfaatkan waktu di klenteng, mengheningkan diri dan beristirahat memulihkan tenaga karena besoknya juga masih jalan2. Ya, akhirnya saya memutuskan tidak pergi bersama mereka. Walaupun sudah diajak, tapi jika saya memang tidak berminat dan mulut uda berkata tidak ya tidak. Mungkin memang saya tampak tegas. Tapi, bagaimanapun juga saya merasa tidak enakan pada mereka yang berharap saya pergi.
Disana saya bertemu dengan teman2 baru lainnya. Haha.. apalagi waktu itu saya memakai kaos Patria. Ada yang bertanya, cici orang Patria? Bukan jawab saya. Haha...
Tak lama kemudian, saya menyadari bahwa mereka yg mau ke Kuta juga tidak pergi. Bukan karena saya, namun karena bahaya teroris. Lega saya jd tak merasa bersalah.
Pikirku, kalau saya memang berminat pergi, walau ada kabar akan ancaman teroris, saya tetap akan pergi. Yg buat sy tak takut adl jika itu bukan buah karmamu, itu tak akan terjadi pdmu. Tapi, kita tdk tahu apakah itu buah karma kita atau bukan?
Ketahuilah, kita tidak mampu menghindar atau bersembunyi dari perbuatan buruk yang telah diperbuat. Perbuatan yang telah dilakukan akan terus membayangi dan mengintai. Jika telah masak sesuai dengan kondisi yang tepat, maka ia akan berbuah dan kita tidak mampu melarikan diri darinya! Oleh karena itu, banyaklah berbuat baik. Inilah yang kuyakini!
Namun, saya bukan orang yg nekat, tanpa pikir panjang. Dalam kl kasus saya di atas, penjagaan terhadap tanda2 teroris pastinya ketat. Justru di saat2 tenang inilah teroris bisa muncul, karena penjagaan kurang.
Kl dari awalnya sy memang minat, saya akan pergi walaupun mendapat kabar bahaya teroris. Ya, meskipun itu kita harus jaga2 dan waspada. Karena uda diperingatin. Namun, sayangnya sy sudah tidak berminat utk bersenang2 di sana. Ya, lagi tidak minat.
Kini, kebanyakan orang takut. Ya, semuanya takut terluka dan mati.
Ni bapak satay nya mantep. Seolah-olah gk terjadi apa2. Like this!