berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P.
Rouffaer berpendapat bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan
dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7. Di sisi lain, J.L.A. Brandes
(arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (arkeolog Indonesia) percaya bahwa tradisi
batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu
diketahui bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh
Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi kuna membuat batik.
Pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia
menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan
alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada
masa sekitar itu. Detail ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan
oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan buddhis dari Jawa Timur abad ke-13.
Detail pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit
yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal
ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat
dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Batik,diakses tanggal 10 Maret 2012 jam 19.25)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tekhnik pewarnaan kain
dikenal luas tidak hanya di Indonesia namun tekhnik pewarnaan kain yang
memiliki pola-pola rumit dengan menggunakan canting sebagaimana yang kita
kenal dengan nama batik merupakan budaya Jawa. Berdasarkan pengertian
membatik diatas maka sesungguhnya yang dimaksud batik adalah tekhnik