Sungai Barito di Kalimantan Selatan mempunyai dua anak sungai penting yaitu Sungai Martapura dan Sungai Negara. Dua anak sungai Barito ini selanjutnya mempunyai berbagai cabang sungai yang semuanya dapat dilayari sehingga membentuk sebuah jaringan transportasi sungai yang padat karena menghubungkan daerah-daerah di pedalaman dengan kota pelabuhan. Sungai Martapura memiliki tiga cabang sungai, yaitu Sungai Alalak, Sungai Riam Kiwa (Kiri), dan Sungai Riam Kanan. Sementara itu Sungai Nagara memiliki banyak cabang sungai, di antaranya yang terpenting adalah Sungai Amandit, Sungai Tapin (Sungai Margasari), Sungai Berabai, Sungai Balangan, Sungai Batang Alai, Sungai Tabalong, dan Sungai Tabalong Kiwa (Kiri). Sungai Amandit mempunyai dua cabang sungai, yaitu Sungai Bangkan dan Sungai Kalumpang, sedangkan Sungai Tapin mempunyai empat cabang yaitu Sungai Muning, Sungai Tatakan, Sungai Halat, dan Sungai Gadung. Sungai-sungai seperti disebutkan di atas sebagian besar berfungsi sebagai prasarana lalu lintas orang dan barang. Sungai Barito dapat dilayari oleh kapal danperahu besar sampai sejauh kurang lebih 700 kilometer ke arah hulu, Sungai Martapura sampai sejauh 45 kilometer, Sungai Negara sejauh 125 kilometer, Sungai Tabalong sejauh 42 kilometer, dan Sungai Balangan sampai sejauh 40 kilometer. Sungai-sungai lainnya dapat dilayari dengan berbagai jenis perahu kecil. Untuk memperpendek jarak antara daerah satu dan lainnya di wilayah Kalimantan Selatan juga banyak dibangun terusan atau kanal yang dalam bahasa setempat disebut antasan atau anjir. Antasan dibangun terutama untuk memperpendek jarak dengan cara menghubungkan dua saluran air, sungai atau danau yang sudah ada sebelumnya. Agak berbeda dengan antasan, pembuatan anjir pada awalnya berkaitan dengan kepentingan bidang pertanian, yaitu untuk memperlancar irigasi. Namun dalam perkembangannya anjir juga dimanfaatkan sebagaimana antasan, yaitu sebagai jalan pintas yang menghubungkan dua buah sungai. Lebar antasan dan anjir pada umumnya antara 20 sampai 35 meter dengan kedalaman air sekitar tiga meter. Dengan kedalaman kurang dari lima meter maka antasan dan ANJIR memang hanya dapat dilalui kapal atau perahu berukuran sedang dan kecil. Kecuali antasan dan anjir, penduduk di pedalaman Kalimantan kadang juga membuat handil, yaitu semacam kanal yang dibuat untuk menghubungkan daerah produsen tanaman perdagangan dengan sungai yang dapat dilayari.
Wilayah kabupten-kabupaten yang sekarang termasuk dalam bagian Kalimantan Tengah di sepanjang Sungai barito ini, dahulu termasuk dalam Onder Afdeeling Barito (bagian dari Afdeeling Kapuas Barito), sekarang sudah berkembang menjadi 4 kabupaten di Kalteng yaitu Barito Selatan, Barito Utara, Barito Timur dan Murung Raya. Wilayah ini sekarang sedang berjuang untuk membentuk provinsi Barito Raya, di mana gerakan ini berakar dari pemikiran para penduduk di sepanjang DAS Barito dalam bidang sosial politik, untuk meminta perhatian yang lebih serta untuk mendapatkan pembagian yang lebih berimbang dan pemberian akses-akses ekonomi atas kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah-daerah yang berada di sepanjang DAS Barito. Namun seiring waktu berjalan, ternyata ada banyak pro dan kontra sehubungan dengan pemekaran ini. Karena bagaimanapun juga, catatan sejarah menunjukkan bahwa daerah Barito merupakan bagian integral dari Daerah Dayak Besar. Dan, salah satu tokoh sejarah dari Barito GMTPS (Gerakan Mandau Talawang Pantjasila), Christian Simbar a.k.a "Uria Mapas", merupakan salah satu tokoh yang paling berjasa dalam pembentukan Kalimantan Tengah, bahkan pada mulanya ibukota Kalimantan Tengah direncanakan terletak di Muara Teweh di hulu sungai Barito.
Bagian hilir dan muara dari DAS Barito pada zaman dahulu disebut Pulau Bakumpai adalah wilayah kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Barito Kuala merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Banjar. Pada masa Hindia Belanda wilayah kabupaten Barito Kuala termasuk Afdeeling Bandjarmasin/Afdeeling Kuin
Selain suku Banjar, pada umumnya penduduk yang tinggal di sepanjang sungai Barito adalah dari etnik kategori Barito Isolec atau suku Dayak dengan penuturan bahasa Barito seperti Dayak Murung, Dayak Siang, Dayak Maanyan, Dayak Bawoo, Dayak Dusun, dan Bakumpai.
Ketika Perang Banjar berlangsung, setelah Pangeran Hidayatulah ditangkap Belanda dan dibuang ke Cianjur, pusat perlawanan dipindahkan Pangeran Antasari sebagai pemimpin tertinggi Kerajaan Banjar ke hulu Sungai Barito, yaitu di sekitar Muara Teweh dan Puruk Cahu. Selain Pangeran Antasari, tersebut juga beberapa pejuang lainnya seperti Sultan Muhammad Seman, Panembahan Muda (Pangeran Muhammad Said), dan Ratu Zaleha. Tokoh pejuang dalam perlawanan masyarakat Barito yang lain adalah Panglima Wangkang, Tumenggung Surapati, Panglima Batur dan Haji Matalib
Sungai Barito di Kalimantan Selatan mempunyai dua anak sungai penting yaitu Sungai Martapura dan Sungai Negara. Dua anak sungai Barito ini selanjutnya mempunyai berbagai cabang sungai yang semuanya dapat dilayari sehingga membentuk sebuah jaringan transportasi sungai yang padat karena menghubungkan daerah-daerah di pedalaman dengan kota pelabuhan. Sungai Martapura memiliki tiga cabang sungai, yaitu Sungai Alalak, Sungai Riam Kiwa (Kiri), dan Sungai Riam Kanan. Sementara itu Sungai Nagara memiliki banyak cabang sungai, di antaranya yang terpenting adalah Sungai Amandit, Sungai Tapin (Sungai Margasari), Sungai Berabai, Sungai Balangan, Sungai Batang Alai, Sungai Tabalong, dan Sungai Tabalong Kiwa (Kiri). Sungai Amandit mempunyai dua cabang sungai, yaitu Sungai Bangkan dan Sungai Kalumpang, sedangkan Sungai Tapin mempunyai empat cabang yaitu Sungai Muning, Sungai Tatakan, Sungai Halat, dan Sungai Gadung. Sungai-sungai seperti disebutkan di atas sebagian besar berfungsi sebagai prasarana lalu lintas orang dan barang. Sungai Barito dapat dilayari oleh kapal danperahu besar sampai sejauh kurang lebih 700 kilometer ke arah hulu, Sungai Martapura sampai sejauh 45 kilometer, Sungai Negara sejauh 125 kilometer, Sungai Tabalong sejauh 42 kilometer, dan Sungai Balangan sampai sejauh 40 kilometer. Sungai-sungai lainnya dapat dilayari dengan berbagai jenis perahu kecil. Untuk memperpendek jarak antara daerah satu dan lainnya di wilayah Kalimantan Selatan juga banyak dibangun terusan atau kanal yang dalam bahasa setempat disebut antasan atau anjir. Antasan dibangun terutama untuk memperpendek jarak dengan cara menghubungkan dua saluran air, sungai atau danau yang sudah ada sebelumnya. Agak berbeda dengan antasan, pembuatan anjir pada awalnya berkaitan dengan kepentingan bidang pertanian, yaitu untuk memperlancar irigasi. Namun dalam perkembangannya anjir juga dimanfaatkan sebagaimana antasan, yaitu sebagai jalan pintas yang menghubungkan dua buah sungai. Lebar antasan dan anjir pada umumnya antara 20 sampai 35 meter dengan kedalaman air sekitar tiga meter. Dengan kedalaman kurang dari lima meter maka antasan dan ANJIR memang hanya dapat dilalui kapal atau perahu berukuran sedang dan kecil. Kecuali antasan dan anjir, penduduk di pedalaman Kalimantan kadang juga membuat handil, yaitu semacam kanal yang dibuat untuk menghubungkan daerah produsen tanaman perdagangan dengan sungai yang dapat dilayari.Wilayah kabupten-kabupaten yang sekarang termasuk dalam bagian Kalimantan Tengah di sepanjang Sungai barito ini, dahulu termasuk dalam Onder Afdeeling Barito (bagian dari Afdeeling Kapuas Barito), sekarang sudah berkembang menjadi 4 kabupaten di Kalteng yaitu Barito Selatan, Barito Utara, Barito Timur dan Murung Raya. Wilayah ini sekarang sedang berjuang untuk membentuk provinsi Barito Raya, di mana gerakan ini berakar dari pemikiran para penduduk di sepanjang DAS Barito dalam bidang sosial politik, untuk meminta perhatian yang lebih serta untuk mendapatkan pembagian yang lebih berimbang dan pemberian akses-akses ekonomi atas kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah-daerah yang berada di sepanjang DAS Barito. Namun seiring waktu berjalan, ternyata ada banyak pro dan kontra sehubungan dengan pemekaran ini. Karena bagaimanapun juga, catatan sejarah menunjukkan bahwa daerah Barito merupakan bagian integral dari Daerah Dayak Besar. Dan, salah satu tokoh sejarah dari Barito GMTPS (Gerakan Mandau Talawang Pantjasila), Christian Simbar a.k.a "Uria Mapas", merupakan salah satu tokoh yang paling berjasa dalam pembentukan Kalimantan Tengah, bahkan pada mulanya ibukota Kalimantan Tengah direncanakan terletak di Muara Teweh di hulu sungai Barito.Bagian hilir dan muara dari DAS Barito pada zaman dahulu disebut Pulau Bakumpai adalah wilayah kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Barito Kuala merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Banjar. Pada masa Hindia Belanda wilayah kabupaten Barito Kuala termasuk Afdeeling Bandjarmasin/Afdeeling Kuin
Selain suku Banjar, pada umumnya penduduk yang tinggal di sepanjang sungai Barito adalah dari etnik kategori Barito Isolec atau suku Dayak dengan penuturan bahasa Barito seperti Dayak Murung, Dayak Siang, Dayak Maanyan, Dayak Bawoo, Dayak Dusun, dan Bakumpai.
Ketika Perang Banjar berlangsung, setelah Pangeran Hidayatulah ditangkap Belanda dan dibuang ke Cianjur, pusat perlawanan dipindahkan Pangeran Antasari sebagai pemimpin tertinggi Kerajaan Banjar ke hulu Sungai Barito, yaitu di sekitar Muara Teweh dan Puruk Cahu. Selain Pangeran Antasari, tersebut juga beberapa pejuang lainnya seperti Sultan Muhammad Seman, Panembahan Muda (Pangeran Muhammad Said), dan Ratu Zaleha. Tokoh pejuang dalam perlawanan masyarakat Barito yang lain adalah Panglima Wangkang, Tumenggung Surapati, Panglima Batur dan Haji Matalib
正在翻譯中..
Sungai Barito di Kalimantan Selatan mempunyai dua anak sungai penting yaitu Sungai Martapura dan Sungai Negara. Dua anak sungai Barito ini selanjutnya mempunyai berbagai cabang sungai yang semuanya dapat dilayari sehingga membentuk sebuah jaringan transportasi sungai yang padat karena menghubungkan daerah-daerah di pedalaman dengan kota pelabuhan. Sungai Martapura memiliki tiga cabang sungai, yaitu Sungai Alalak, Sungai Riam Kiwa (Kiri), dan Sungai Riam Kanan. Sementara itu Sungai Nagara memiliki banyak cabang sungai, di antaranya yang terpenting adalah Sungai Amandit, Sungai Tapin (Sungai Margasari), Sungai Berabai, Sungai Balangan, Sungai Batang Alai, Sungai Tabalong, dan Sungai Tabalong Kiwa (Kiri). Sungai Amandit mempunyai dua cabang sungai, yaitu Sungai Bangkan dan Sungai Kalumpang, sedangkan Sungai Tapin mempunyai empat cabang yaitu Sungai Muning, Sungai Tatakan, Sungai Halat, dan Sungai Gadung. Sungai-sungai seperti disebutkan di atas sebagian besar berfungsi sebagai prasarana lalu lintas orang dan barang. Sungai Barito dapat dilayari oleh kapal danperahu besar sampai sejauh kurang lebih 700 kilometer ke arah hulu, Sungai Martapura sampai sejauh 45 kilometer, Sungai Negara sejauh 125 kilometer, Sungai Tabalong sejauh 42 kilometer, dan Sungai Balangan sampai sejauh 40 kilometer. Sungai-sungai lainnya dapat dilayari dengan berbagai jenis perahu kecil. Untuk memperpendek jarak antara daerah satu dan lainnya di wilayah Kalimantan Selatan juga banyak dibangun terusan atau kanal yang dalam bahasa setempat disebut antasan atau anjir. Antasan dibangun terutama untuk memperpendek jarak dengan cara menghubungkan dua saluran air, sungai atau danau yang sudah ada sebelumnya. Agak berbeda dengan antasan, pembuatan anjir pada awalnya berkaitan dengan kepentingan bidang pertanian, yaitu untuk memperlancar irigasi. Namun dalam perkembangannya anjir juga dimanfaatkan sebagaimana antasan, yaitu sebagai jalan pintas yang menghubungkan dua buah sungai. Lebar antasan dan anjir pada umumnya antara 20 sampai 35 meter dengan kedalaman air sekitar tiga meter. Dengan kedalaman kurang dari lima meter maka antasan dan ANJIR memang hanya dapat dilalui kapal atau perahu berukuran sedang dan kecil. Kecuali antasan dan anjir, penduduk di pedalaman Kalimantan kadang juga membuat handil, yaitu semacam kanal yang dibuat untuk menghubungkan daerah produsen tanaman perdagangan dengan sungai yang dapat dilayari.
Wilayah kabupten-kabupaten yang sekarang termasuk dalam bagian Kalimantan Tengah di sepanjang Sungai barito ini, dahulu termasuk dalam Onder Afdeeling Barito (bagian dari Afdeeling Kapuas Barito), sekarang sudah berkembang menjadi 4 kabupaten di Kalteng yaitu Barito Selatan, Barito Utara, Barito Timur dan Murung Raya. Wilayah ini sekarang sedang berjuang untuk membentuk provinsi Barito Raya, di mana gerakan ini berakar dari pemikiran para penduduk di sepanjang DAS Barito dalam bidang sosial politik, untuk meminta perhatian yang lebih serta untuk mendapatkan pembagian yang lebih berimbang dan pemberian akses-akses ekonomi atas kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah-daerah yang berada di sepanjang DAS Barito. Namun seiring waktu berjalan, ternyata ada banyak pro dan kontra sehubungan dengan pemekaran ini. Karena bagaimanapun juga, catatan sejarah menunjukkan bahwa daerah Barito merupakan bagian integral dari Daerah Dayak Besar. Dan, salah satu tokoh sejarah dari Barito GMTPS (Gerakan Mandau Talawang Pantjasila), Christian Simbar a.k.a "Uria Mapas", merupakan salah satu tokoh yang paling berjasa dalam pembentukan Kalimantan Tengah, bahkan pada mulanya ibukota Kalimantan Tengah direncanakan terletak di Muara Teweh di hulu sungai Barito.
Bagian hilir dan muara dari DAS Barito pada zaman dahulu disebut Pulau Bakumpai adalah wilayah kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Barito Kuala merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Banjar. Pada masa Hindia Belanda wilayah kabupaten Barito Kuala termasuk Afdeeling Bandjarmasin/Afdeeling Kuin
Selain suku Banjar, pada umumnya penduduk yang tinggal di sepanjang sungai Barito adalah dari etnik kategori Barito Isolec atau suku Dayak dengan penuturan bahasa Barito seperti Dayak Murung, Dayak Siang, Dayak Maanyan, Dayak Bawoo, Dayak Dusun, dan Bakumpai.
Ketika Perang Banjar berlangsung, setelah Pangeran Hidayatulah ditangkap Belanda dan dibuang ke Cianjur, pusat perlawanan dipindahkan Pangeran Antasari sebagai pemimpin tertinggi Kerajaan Banjar ke hulu Sungai Barito, yaitu di sekitar Muara Teweh dan Puruk Cahu. Selain Pangeran Antasari, tersebut juga beberapa pejuang lainnya seperti Sultan Muhammad Seman, Panembahan Muda (Pangeran Muhammad Said), dan Ratu Zaleha. Tokoh pejuang dalam perlawanan masyarakat Barito yang lain adalah Panglima Wangkang, Tumenggung Surapati, Panglima Batur dan Haji Matalib
正在翻譯中..